Hari ini (28/06/14) sebagian umat muslim sudah melaksanakan puasa Ramadhan. Tapi, tidak dengan saya. Saya lebih memilih puasa esok hari saja, sebab dari pengumuman sidang isbat tadi malam, kondisi bulan tidak terlihat. Sehingga saya makin mantap untuk berpuasa mengikuti pemerintah. Tapi saya dapat kabar dari orang rumah, mereka sudah memulai puasa hari ini.
Karena hari ini sebagian sudah berpuasa, maka terasa begitu sepi. Tak terasa waktu sudah menunjukan pukul 17.00. Tumpukan buku-buku dan segala macam peralatan yang berserakan menghiasa kamar. Ya, saya sedang bersih-bersih kamar dan merapikan rak buku. Tujuan awalnya sih mau bersih-bersih kamar, karena esok akan menyambut bulan ramadhan.
Satu-satu buku-buku itu dipilah dan dipilih. Ditata serapi mungkin agar indah dipandang. Tetapi, ketika sedang asyik bermain dengan buku-buku, tiba-tiba suara itu muncul dari luar kamar.
“Kang… Assalamu’alaikum…” Sambil mengetuk pintu.
Dari suaranya, saya sudah bisa menebak, siapa orangnya. Tanpa pikir panjang saya langusng menimpalinya dengan singkat..
“Wa’alaikumussalam Sul..” .
“Dibuka saja pintunya, Sul….” Timpal saya.
Begitu pintu itu dibuka, dan menyaksikan tumpukan buku, dan asyiknya saya bermain dengan buku-buku, Samsul pun dengan nada khasnya mengawali perkataan.
“Kang temani saya yuk ke Kokap…” Rayu Samsul.
“Di mana tuh..” Jawab saya singkat.
“Itu lho deket rumahnya Pak Nanang… jalan ke Kulon Progo, daerah Wates lah pokoknya…” Berjalan menghamiri saya dan duduk menyandar tembok.
“Oh, daerah situ, dalam rangka apa Sul..?” Tanya saya penasaran.
“Itu lho Kang, Ngisi ceramah di acaranya BAKSOS FKEI…” Samsul menjelaskan.
“Di desa binaannya mereka ya Sul…” Timpal saya.
“Bisa jadi Kang…?” Tanya Samsul. Dari raut wajahnya Samsul memang berharap ada teman yang menemaninya.
Karena kebetulan saya juga lagi kosong, maka tawaran itu saya sanggupi. Sekaligus mencari ide tulisan buat di posting ke blog. Wah ini ksesmpatan emas dan tempat yang baru, pasti ada sesuatu yang unik untuk ditulis.
Setelah merapikan buku-buku yang berserakan, dan tidak sempat semuanya. Saya pun langsung berangkat menuju tempat tujuan. Tak lupa, sebelum berangkat, kami menukar motor terlebih dahulu, sebab dikhawatirkan jalannya naik turun. Jika dipaksakan dan tidak diganti, kasihan motornya, sudah gak sekuat dulu.
Saya dan Samsul berangkat. Kami pun mampir di rumah makan Ayam Jebred lebih dulu untuk menukar sepeda motor. Bertemulah kami dengan dua orang adik tingkat yang sedang menyantap makan sore, Andi Mustafa Husain dan Arda. Ali-alih menukar sepeda motor, saya sedikit mencicipi es teh yang ada dihadapan mereka dengan porsi gelas cukup besar. Lumayan menghilangkan rasa kering dan haus ditenggorokan,
Ketika kami meninggalkan mereka, saya perhatikan betul jam tangan silver yang saya kenakan. Waktu itu menunjukan pukul 17.35. Karena sudah senja, dan perjalanan kami cukup jauh akhirnya kami memutuskan untuk shlata magrib disalah satu Pom bensin Ambar ketawang.
Selepas menunaikan sholat, kami kembali melanjutkan perjalanan menuju Pasar Wates. Disana panitia sudah menunggu kedatangan kami. Dari sana masih satu jam perjalanan lagi ternyata. Tempat yang kami tuju yaitu Dukuh Plampang Tiga, RT 76, RW 77 Kalirejo, Kokap, Kulon Progo, Yogyakarta.
Tempatnya berada di atas bukit. Ketika hampir sampai ke tempat yang kami tuju, seluruh pemandangan dari atas tak terbatas. Hanya kilauan dan kedipan lampu yang bersinar terlihat oleh mata kala sesekali melihat ke sekeliling perjalanan. Waktu itu saya duduk dibelakang motor, jadinya bisa melihat ke segala penjuru arah.
Motor yang Samsul kendarai berhenti. Salah seorang panitia menyarankan pada kami untuk turun dari motor. "Sudah sampai Mas, Ini tempatnya. Tapi jalannya kayak gini, harus turun, gak boleh dibonceng, bahaya soalnya."
Begitu tiba di rumah yang begitu panjang dan besar itu, saya dan Samsul langsung mengambil air wudhu. Kami melaksanakan shalat Isya berjamaah. Kala itu Samsul langsung melanjutkan shalat tarawih. "Kang, Tarawihnya masing-masing saja ya.. saya mau duluan.." Ucap Samsul.
Selesai shalat kami disuguhi roti dan teh hangat. Tak berapa lama kami disuguhi makan juga. Memang sudah dari perjalanan kami menahan lapar, dan alangkah beruntungnya, begitu sampai langsung disuguhi makan. Padahal janji saya ke Samsul ketika berboncengan di motor, "kalau gak disuguhi makan dulu Sul, nanti saya yang minta ke panitia deh.."
Selesai makan hujan turun, meski tidak terlalu deras, jalanan menjadi licin. Belum lagi kami harus menuruni turunan untuk sampai di masjid yang akan diisi tausiyah agama oleh Samsul Zakaria. Saya hampir saja terpeleset dan jatuh. Sebab sandal Eiger yang saya bawa, raib entah ke mana. Dan ternyata ada panitia yang memakainya. Setelah dicari, ternyata memang betul, dan saya menemukannya.
Satu jam kurang Samsul mengisi tausiyah agama. Membahas kisah sahabat yang masuk syurga, kisah Barsiso yang digodai oleh syetan, dan stabilitas emosi (sabar). Setelah berbincang sebentar dengan takmir, Rt dan Pak Dukuh, kami pun pamit pulang. Karena lupa jalan pulang, kami meminta panitia untuk mengantar.
Kira-kira satu jam perjalanan lamanya dari Plampang ke Jogja. Begitu tiba jalan Wates, kami mencoba menghubungi Mas Andi Noor untuk konfirmasi warung makannya masih buka atau sudah tutup. Lama, setelah memasuki jalan ringroad, barulah ada balasan, katanya masih buka. Ketika sudah sampai di sana, ternyata sudah tutup.
Akhirnya kami pun memutuskan untuk makan dan sekaligus sahur di Matto Kopi. Sepulang dari Matto, sekitar pukul 01,00 dini hari. Setengah jam kemudian, saya melaksanakan shalat tarawih sendirian di kamar dengan delapan raka'at (empat kali salam) dan tiga rakaat witir.
Karena hari ini sebagian sudah berpuasa, maka terasa begitu sepi. Tak terasa waktu sudah menunjukan pukul 17.00. Tumpukan buku-buku dan segala macam peralatan yang berserakan menghiasa kamar. Ya, saya sedang bersih-bersih kamar dan merapikan rak buku. Tujuan awalnya sih mau bersih-bersih kamar, karena esok akan menyambut bulan ramadhan.
Satu-satu buku-buku itu dipilah dan dipilih. Ditata serapi mungkin agar indah dipandang. Tetapi, ketika sedang asyik bermain dengan buku-buku, tiba-tiba suara itu muncul dari luar kamar.
“Kang… Assalamu’alaikum…” Sambil mengetuk pintu.
Dari suaranya, saya sudah bisa menebak, siapa orangnya. Tanpa pikir panjang saya langusng menimpalinya dengan singkat..
“Wa’alaikumussalam Sul..” .
“Dibuka saja pintunya, Sul….” Timpal saya.
Begitu pintu itu dibuka, dan menyaksikan tumpukan buku, dan asyiknya saya bermain dengan buku-buku, Samsul pun dengan nada khasnya mengawali perkataan.
“Kang temani saya yuk ke Kokap…” Rayu Samsul.
“Di mana tuh..” Jawab saya singkat.
“Itu lho deket rumahnya Pak Nanang… jalan ke Kulon Progo, daerah Wates lah pokoknya…” Berjalan menghamiri saya dan duduk menyandar tembok.
“Oh, daerah situ, dalam rangka apa Sul..?” Tanya saya penasaran.
“Itu lho Kang, Ngisi ceramah di acaranya BAKSOS FKEI…” Samsul menjelaskan.
“Di desa binaannya mereka ya Sul…” Timpal saya.
“Bisa jadi Kang…?” Tanya Samsul. Dari raut wajahnya Samsul memang berharap ada teman yang menemaninya.
Karena kebetulan saya juga lagi kosong, maka tawaran itu saya sanggupi. Sekaligus mencari ide tulisan buat di posting ke blog. Wah ini ksesmpatan emas dan tempat yang baru, pasti ada sesuatu yang unik untuk ditulis.
Setelah merapikan buku-buku yang berserakan, dan tidak sempat semuanya. Saya pun langsung berangkat menuju tempat tujuan. Tak lupa, sebelum berangkat, kami menukar motor terlebih dahulu, sebab dikhawatirkan jalannya naik turun. Jika dipaksakan dan tidak diganti, kasihan motornya, sudah gak sekuat dulu.
Saya dan Samsul berangkat. Kami pun mampir di rumah makan Ayam Jebred lebih dulu untuk menukar sepeda motor. Bertemulah kami dengan dua orang adik tingkat yang sedang menyantap makan sore, Andi Mustafa Husain dan Arda. Ali-alih menukar sepeda motor, saya sedikit mencicipi es teh yang ada dihadapan mereka dengan porsi gelas cukup besar. Lumayan menghilangkan rasa kering dan haus ditenggorokan,
Ketika kami meninggalkan mereka, saya perhatikan betul jam tangan silver yang saya kenakan. Waktu itu menunjukan pukul 17.35. Karena sudah senja, dan perjalanan kami cukup jauh akhirnya kami memutuskan untuk shlata magrib disalah satu Pom bensin Ambar ketawang.
Selepas menunaikan sholat, kami kembali melanjutkan perjalanan menuju Pasar Wates. Disana panitia sudah menunggu kedatangan kami. Dari sana masih satu jam perjalanan lagi ternyata. Tempat yang kami tuju yaitu Dukuh Plampang Tiga, RT 76, RW 77 Kalirejo, Kokap, Kulon Progo, Yogyakarta.
Tempatnya berada di atas bukit. Ketika hampir sampai ke tempat yang kami tuju, seluruh pemandangan dari atas tak terbatas. Hanya kilauan dan kedipan lampu yang bersinar terlihat oleh mata kala sesekali melihat ke sekeliling perjalanan. Waktu itu saya duduk dibelakang motor, jadinya bisa melihat ke segala penjuru arah.
Motor yang Samsul kendarai berhenti. Salah seorang panitia menyarankan pada kami untuk turun dari motor. "Sudah sampai Mas, Ini tempatnya. Tapi jalannya kayak gini, harus turun, gak boleh dibonceng, bahaya soalnya."
Begitu tiba di rumah yang begitu panjang dan besar itu, saya dan Samsul langsung mengambil air wudhu. Kami melaksanakan shalat Isya berjamaah. Kala itu Samsul langsung melanjutkan shalat tarawih. "Kang, Tarawihnya masing-masing saja ya.. saya mau duluan.." Ucap Samsul.
Selesai shalat kami disuguhi roti dan teh hangat. Tak berapa lama kami disuguhi makan juga. Memang sudah dari perjalanan kami menahan lapar, dan alangkah beruntungnya, begitu sampai langsung disuguhi makan. Padahal janji saya ke Samsul ketika berboncengan di motor, "kalau gak disuguhi makan dulu Sul, nanti saya yang minta ke panitia deh.."
Selesai makan hujan turun, meski tidak terlalu deras, jalanan menjadi licin. Belum lagi kami harus menuruni turunan untuk sampai di masjid yang akan diisi tausiyah agama oleh Samsul Zakaria. Saya hampir saja terpeleset dan jatuh. Sebab sandal Eiger yang saya bawa, raib entah ke mana. Dan ternyata ada panitia yang memakainya. Setelah dicari, ternyata memang betul, dan saya menemukannya.
Satu jam kurang Samsul mengisi tausiyah agama. Membahas kisah sahabat yang masuk syurga, kisah Barsiso yang digodai oleh syetan, dan stabilitas emosi (sabar). Setelah berbincang sebentar dengan takmir, Rt dan Pak Dukuh, kami pun pamit pulang. Karena lupa jalan pulang, kami meminta panitia untuk mengantar.
Kira-kira satu jam perjalanan lamanya dari Plampang ke Jogja. Begitu tiba jalan Wates, kami mencoba menghubungi Mas Andi Noor untuk konfirmasi warung makannya masih buka atau sudah tutup. Lama, setelah memasuki jalan ringroad, barulah ada balasan, katanya masih buka. Ketika sudah sampai di sana, ternyata sudah tutup.
Akhirnya kami pun memutuskan untuk makan dan sekaligus sahur di Matto Kopi. Sepulang dari Matto, sekitar pukul 01,00 dini hari. Setengah jam kemudian, saya melaksanakan shalat tarawih sendirian di kamar dengan delapan raka'at (empat kali salam) dan tiga rakaat witir.
Yogyakarta, edisi #1 Ramadhan
Tidak ada komentar: