Slider

Ramadhan Corner

KARYA WISATA

LAYAR LEBAR

Karya Sastra

FIGUR

ICIP ICIP

Foto dan Dsain

» » Pendidikan Islam Filosofis Qurani

Latar Belakang

Pendidikan merupakan topik pembicaraan yang tak pernah ada ujungnya. Selalu ada usaha untuk memperbaiki dalam setiap persoalannya. Ada yang berhasil, tetapi tidak sedikit yang gagal. Dalam upaya memecahkan persoalan (agenda) pendidikan, khususnya pendidikan Islami, maka diperlukan upaya yang dapat merancang dan memperbaiki pendidikan Islami, khususnya dari pemikiran atau persepsi awal tentang arti dan makna pendidikan itu sendiri. 

Komponen pendidikan yang menjadi tolak ukur dalam keberhasilan pendidikan adalah bagaimana memaknai hakikat pendidikan itu sendiri. Ahmad Tafsir (2006) menyatakan bahwa orang Yunani (600 SM) telah mengatakan bahwa pendidikan adalah usaha membantu manusia menjadi manusia. Pengertian ini sesungguhnya masih sangat relevan hingga saat ini. Juga sangat relevan dengan konsep Alquran.

Sebagai suatu agama, Islam memiliki ajaran yang diakui lebih sempurna dan komprehensif dibandingkan dengan agama-agama lainnya yang pernah diturunkan Tuhan sebelumnya. Sebagai agama yang paling sempurna, Islam memiliki sumber ajaran yang termuat di dalam Alquran dan As-sunnah yang telah dibuktikan oleh para peneliti ternyata menaruh perhatian yang besar terhadap masalah pendidikan dan pengajaran.Nabi Muhammad Saw., yang mana ia telah mencanangkan program pendidikan seumur hidup (long life education).

Dengan demikian, Islam sebagai agama yang ajaran-ajarannya bersumber pada Alquran dan Al-Hadist sejak awal telah menancapkan revolusi di bidang pendidikan dan pengajaran. Langkah yang ditempuh alquran ini ternyata amat strategis dalam upaya mengangkat martabat kehidupan manusia dan memecahkan persoalan manusia itu sendiri. Oleh karena itu, Islam menegaskan bahwa pendidikan merupakan jembatan yang menyeberangkan orang dari keterbelakangan menuju kemajuan, dan dari kehinaan menuju kemuliaan, serta dari ketertindasan menjadi merdeka, dan seterusnya.

Terdapat 3 nilai dasar dalam hidup, yaitu benar-salah, baik-buruk, indah-tidak indah. Setiap orang menginginkan nilai yang diyakininya dapat sesuai dengan apa yang diharapakan yaitu selalu baik/indah/benar. Munculnya budaya yang beragam di masyarakat merupakan bukti keinginan itu. Jadi budaya tidak lain adalah bukti nyata adanya nilai. Nilai atau budaya mana yang ingin dikembangkan oleh pendidikan? Setidaknya ada dua aliran budaya yang tengah berebut pengaruh di dunia pendidikan kita.

Pertama, budaya yang berdasar pada nilai falsafah bangsa Pancasila yang inti nilainya Ketuhanan Yang Maha Esa, kedua budaya Barat. Budaya Barat yang falsafahnya dibangun dari Humanisme dan Realisme yang melahirkan Positivisme yang menghasilkan metode ilmiah dan metode riset. Seluruh produk metode riset digunakan untuk mengatur kehidupan manusia maupun mengatur alam. Inti dari budaya Barat adalah budaya mendewakan akal.

Apakah budaya barat memang pilihan, ataukah Pancasila? Tidak jarang sebagian para pendidik secara tidak sadar telah memuja Barat. Padahal sesungguhnya Barat sendiri mengakui bahwa budaya mereka adalah budaya yang tidak memanusiakan manusia karena manusia yang unik telah demikian disederhanakan. Manusia dianggap (diperlakukan) seperti barang-barang produksi mesin.

Dari uraian singkat tentang dasar pendidikan yang masih terikat menjadi bagian dari komponen-komponen pendidikan, maka penulis berasumsi bahwa pendidikan akan selalu diwarnai oleh pandangan hidup (way of life). Salah satu pandangan hidup adalah rasionalisme, yang beranggapan bahwa kebenaran itu diperoleh melalui akal, atau dengan kata lain akal itulah alat pencari dan pengukur kebenaran, orang-orang sophis dalam penggunaan akal amatlah radikal. Sekalipun akal yang berperan tetapi bukan merupakan satu-satunya jalan.

Perubahan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat baik sosial maupun kultural, secara makro persoalan yang dihadapi pendidikan Islam, adalah bagaimana pendidikan Islam mampu menghadirkan disain atau konstruksi wacana pendidikan Islam yang relevan dengan perubahan masyarakat. Kemudian disain wacana pendidikan Islam tersebut dapat dan mampu ditransformasikan atau diproses secara sistematis dalam masyarakat.

Bagi bangsa Indonesia, pandangan hidup yang harus dijadikan pegangan adalah Pancasila, dan bukan hanya akal yang menjadi pandangan hidup. Terlebih lagi bagi Muslim, tentunya tidak hanya akal yang mereka gunakan saja melainkan potensi hati dan jasad yang dapat mendesain pendidikan menjadi lebih baik. Selanjutnya ketika  membicarakan mengenai desain pendidikan islam tidak akan terlepas dari nilai atau norma yang akan diterapkan. Biasanya nilai baik dan buruk digunakan untuk menetapkan nilai, adapun nilai indah dan tidak indah biasanya dikaitkan dengan dua sumber kebenaran yang hakiki yaitu al-Quran dan hadis [sunnah nabi].

Rumusan Masalah

Berdasarkan dari pemaparan di atas maka penulis mengambil rumusan masalah sebagai berikut :

  1. Bagaimanakah orientasi pendidikan islam yang filosofis qurani ?
  2. Bagaimanakah metode dalam mengaktualisasikannya di dunia pendidikan islam?

Pembahasan

Akan kami perlihatkan kepada mereka ayat-ayat kami di segenap penjuru dan dalam diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa alquran itulah yang benar.” (QS. Al-fushilat [41]: 53)

Pendidikan Islam, suatu pendidikan yang melatih perasaan murid-murid dengan cara begitu rupa sehingga dalam sikap hidup, tindakan, keputusan, dan pendekatan mereka terhadap segala jenis pengetahuan, mereka dipengaruhi sekali oleh nilai spiritual dan sangat sadar akan nilai etis Islam atau "Pendidikan Islam mengantarkan manusia pada perilaku dan perbuatan manusia yang berpedoman pada syariat Allah [Abdurrahman an-Nahlawi, 1995 : 26].

Pendidikan Islam bukan sekedar "transfer of knowledge" ataupun "transfer of  training", ....tetapi lebih merupakan suatu sistem yang ditata di atas pondasi keimanan dan kesalehan, atau suatu sistem yang terkait secara langsung dengan Tuhan [Roehan Achwan, 1991 : 50]. Pendidikan Islam suatu kegiatan yang mengarahkan dengan sengaja perkembangan seseorang sesuai atau sejalan dengan nilai-nilai Islam.

Dari pengertian di atas, pendidikan merupakan sistem untuk meningkatkan kualitas hidup manusia dalam segala aspek kehidupan. “..dan tolong menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajikan dan taqwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertaqwalah kamu kepada Allah, sesunguhnya Allah sangat berat siksanya.” (QS. Al-maidah [5] : 2).

Dalam sejarah umat manusia, hampir tidak ada kelompok manusia yang tidak menggunakan pendidikan sebagai alat pembudayaan dan peningkatan kualitasnya. Pendidikan dibutuhkan untuk menyiapkan anak manusia demi menunjang perannya di masa datang. Upaya pendidikan yang dilakukan oleh suatu bangsa memiliki hubungan yang signifikan dengan rekayasa bangsa tersebut di masa mendatang.

Dengan demikian, "pendidikan merupakan sarana terbaik untuk menciptakan suatu generasi baru pemuda - pemudi yang tidak akan  kehilangan ikatan dengan tradisi mereka sendiri tapi juga sekaligus tidak menjadi bodoh secara intelektual atau terbelakang dalam pendidikan mereka atau tidak menyadari adanya perkembangan-perkembangan di setiap cabang pengetahuan manusia.”

Pendidikan merupakan proses budaya untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia yang berlangsung sepanjang hayat. Pendidikan selalu berkembang, dan selalu dihadapkan pada perubahan zaman. Untuk itu, mau tak mau pendidikan harus didisain mengikuti irama perubahan tersebut, apabila pendidikan tidak didisain mengikuti irama perubahan, maka pendidikan akan ketinggalan dengan lajunya perkembangan zaman itu sendiri.

Siklus perubahan pendidikan pada diagram di atas, dapat dijelaskan sebagai berikut : Pendidikan dari masyarakat, didisain mengikuti irama perubahan dan kebutuhan masyarakat. Misalnya; pada peradaban masyarakat agraris, pendidikan didisain relevan dengan irama perkembangan peradaban masyarakat agraris dan kebutuhan masyarakat pada era tersebut. Begitu juga pada peradaban masyarakat industrial dan informasi, pendidikan didisain mengikuti irama perubahan dan kebutuhan masyarakat pada era industri dan informasi, dan seterusnya.

Demikian siklus perkembangan perubahan pendidikan, kalau tidak pendidikan akan ketinggalan dari perubahan zaman yang begitu cepat. Untuk itu perubahan pendidikan harus relevan dengan perubahan zaman dan kebutuhan masyarakat pada era tersebut, baik pada konsep, materi dan kurikulum, proses, fungsi serta tujuan lembaga-lembaga pendidikan. Pendidikan Islam sekarang ini dihadapkan pada tantangan kehidupan manusia modern.

Dengan demikian, pendidikan Islam harus diarahkan pada kebutuhan perubahan masyarakat modern. Dalam menghadapi suatu perubahan, "diperlukan suatu disain paradigma baru di dalam menghadapi tuntutan-tuntutan yang baru, demikian kata filsuf  Kuhn. Menurut Kuhn, apabila tantangan-tantangan baru tersebut dihadapi dengan menggunakan paradigma lama, maka segala usaha yang dijalankan akan memenuhi kegagalan" (H.A.R.Tilar,1998 : 245). Untuk itu, pendidikan Islam perlu didisain untuk menjawab tantangan perubahan zaman tersebut, baik pada sisi konsepnya, kurikulum, kualitas sumber daya insaninya, lembaga-lembaga dan organisasinya, serta mengkonstruksinya agar dapat relevan dengan perubahan masyarakat tersebut.

Pikiran-pikiran keagamaan yang diajukan di atas merupakan tahap pemanasan menuju pikiran percobaan ke arah memahami islam yang bersifat fundamental. Islam sebagai ajaran allah adalah tunggal dan terlepas dari ruang dan waktu, sehingga rasul-lah yang membawa islam meruang dan mewaktu. Karena itu tindak tanduk nabi tidak semuanya sama dengan allah, karena nabi hanya sebagai penerjemah ajaran langit pada realitas bumi. Ajaran islam berstatus sebagai perintah mutlak harus diikuti, dan Nabi Muhamad adalah sebagai salah seorang uswah [contoh] yang harus dimengerti dan dijadikan sebagai panutan sejati. Karena keduanya memang telah menyatu.(Fachry Ali; hal.188)

Penutup 
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. (Achjar Chalil; hal 103).

Kata kunci dari di atas yang diambil adalah kekuatan spiritual keagamaan, yang mana memiliki kekuatan otomatis dalam diri seseorang sehingga mampu mengendalikan diri, memiliki jati diri dan kepribadian yang mumpuni, serta motivasi untuk memiliki kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan.

Orientasi pendidikan islam yang filosofis qurani adalah menggunakan prinsip dasar-dasar alquran sebagai bahan sandaran atau yang penulis maksud adalah kebenaran yang hakiki [absolut]. Adapun indikatornya dikembangkan ke dalam metode-metode yang diterapkan dalam dunia pendidikan saat ini, dan tentunya tanpa mengurangi dari esensi alquran itu sendiri. Adapun metodenya adalah menggunakan pembelajaran berbasis fitrah dalam bukunya Achjar Chalil. Yang ditekankan adalah mengendalikan dorongan hati dengan cara berdzikir, karena dengan berdzkir akan memberikan kekuatan pada seseorang untuk berpikir positif, selalu optimis, dan mampu mengurangi atau bahkan menghilangkan derajat kecemasan yang menggelayuti jiwanya.

Daftar Pustaka
Ali, Fachry. Agama, islam dan pembangunan.Yogyakarta, PLP2M 1985
An-nahlawi, Abdurrahman. Pendidikan Islam: di rumah, sekolah dan masyarakat, Jakarta, Gema Insani Press.2004
Chalil, Hudaya, Pelajaran berbasis fitrah, Jakarta, Balai Pustaka. 2008
Mujadi, Hasyim. Radikalisme hancurkan islam, kumpulan khutbah jum’at, Jakarta, CMM center for moderate muslim. 2005
http://muhamadqbl.blogspot.com/2009/06/studi-pemikiran-pendidikan-islam-modern.html diakses pada 26/03/12 pukul 22.12
http://lembagastudiislam.blogspot.com/2012/02/filsafat-pendidikan-islam-dalam.html diakses pada 26/03/12 pukul 22.27

Judul asli :
ORIENTASI PENDIDIKAN ISLAM FILOSOFI QURANI 
Disusun Oleh :
Dwi Meylita dan Amir Hamzah 

«
Next
Posting Lebih Baru
»
Previous
Posting Lama

Tidak ada komentar: